Jumat, 17 Maret 2023 – 18:02 WIB
VIVA Politik – Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ade Mulyana, mengungkap sejumlah penyebab utama yang membuat dukungan terhadap partai berbasis Islam terus merosot sampai saat ini.
Pada pemilu tahun 2024 ini juga, hasil LSI menyebut partai-partai berbasis Islam semakin melorot suaranya. Padahal, pemilih muslim di Indonesia sebanyak 87 %.
Penyebab pertama, kata dia, karena adanya depolitisasi Islam pada era Orde Baru selama 20 tahun mulai tahun 1978 sampai 1998. Semua partai politik saat itu harus menganut asas Pancasila.
“Contohnya PPP satu-satunya partai berbasis Islam harus mengubah asasnya dari Islam menjadi Pancasila dan harus mengubah lambangnya dari Kab’ah menjadi bintang waktu itu,” kata Ade dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 17 Maret 2023.
Kedua, perlakuan secara massif dan keras untuk pendidikan P4 yaitu Pedoman Pengharapan dan Pengamalan Pancasila. Pendidikan P4 ini ditujukan untuk semua siswa dari tingkat SD sampai perguruan tinggi.
“Ini yang membuat pesona partai Islam menyusut drastis. Dari Pemilu 1955 atau pemilu sebesar 43 % terus merosot di bawah 40 % dan bahkan saat ini nanti di 2024 dukungannya jika ditotal di bawah 25 %,” ungkapnya.
Penyebab selanjutnya yaitu absennya calon presiden (capres) yang berlatar belakang santri yang kuat. Padahal, kata Ade, capres yang kuat itu merupakan modal partai untuk memenangkan pemilu.
Halaman Selanjutnya
“Kalau kita lihat Pilpres 2004 lalu, tidak ada capres yang kuat berlatar belakang santri. Bahkan Amien Rais di 2004 itu harus tersisih di putaran pertama. Di tahun 2004 memang tidak ada capres yang berasal dari santri atau punya ikatan kuat dengan partai Islam. Ini adalah penyebab mengapa partai Islam cenderung tidak moncer suaranya,” jelas Ade. Kemudian, penyebab terakhir yaitu tidak adanya inovasi baru dari partai-partai Islam. Ade menjelaskan, masalah ini sebetulnya juga dialami oleh partai terbuka atau nasionalis.
Sumber: www.viva.co.id